Cerita Suku Baduy dan Ciri Khasnya | Korban Pemerkosaan
Baru-baru ini telah terjadi pemerkosaan dan pembunuhan terhadap salah satu suku Baduy yang terjadi di kebun garapan di Desa Cisimeut. Korban ditemukan dalam keadaan dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Akhirnya dalam waktu singkat pelaku pemerkosaan dan pembunuhan dapat ditangkap oleh pihak kepolisian. Polisi berhasil menangkap pelaku didaerah Lebak dan Palembang. (sumber : newsdetik.com)
Mengenal lebih dalam Suku Baduy dan ciri khasnya
Suku Baduy adalah sekolompok masyarakat (etnis) yang berasal dari Banten, Kabupaten Lebak. Yang biasa disebut Urang Kanekes atau orang Kanekes.
Suku Baduy ini merupakan suku yang sangat memproteksi diri dari perkembangan luar dan mengisolasi suku mereka dari kemajuan zaman.
Untuk memahami suku ini sangatlah sulit, karena mereka memiliki keyakinan dan kepercayaan yang melarang (tabu) untuk menonjolkan diri dan kebudayaan mereka.
Walaupun ada golongan yang bisa didokumentasikan, itupun hanyalah Suku Baduy Luar. Sedangkan untuk Suku Baduy Dalam, cukup sulit untuk bisa mengenal mereka lebih dalam.
Suku Baduy berada di daerah kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Wilayah berada 40 km dari kota Rangkasbitung.
Suku Baduy ini terdiri dari tiga desa utama, untuk suku Baduy dalam disebut Cikeusik, tengah disebut Cikertawana dan sebutan untuk suku Baduy luar adalah Cibeo.
Agama Suku Baduy sendiri berdasarkan kepada Kepercayaan, atau yang disebut dengan ajaran Sunda Wiwitan. Ajaran ini merupakan turun menurun dari leluhur suku Baduy.
Agama Sunda Wiwitan bagi suku Baduy berakar pada penghormatan kepada arwah leluhur dan pemujaan kepada roh yang menguasai kekuatan alam (Animisme).
Tapi dengan perkembangan zaman, ajaran Sunda Wiwitan sudah sedikit dipengaruhi oleh ajaran agama lain, seperti Hindu, Budha dan Islam.
Asal suku Baduy ini tidak bisa dilepas dari kerajaan Sunda sebelum abad ke-16, Padjajaran. Sungai Ciujung yang merupakan kekuasaan dari kerajaan Sunda, pada masanya merupakan jalur perairan yang sangat ramai.
Perairan banyak digunakan untuk mengangkut berbagai sumber alam (bumi) dari wilayah pedalaman kerajaan Sunda untuk diperdagangkan kepada para pendatang dari luar.
Karena pentingnya perairan ini, penguasa Kerajaan pada waktu itu Pangeran Pucuk Umum. Memberi perintah agar perairan dan kawasan sekitarnya untuk dijaga. Jangan sampai dikuasai oleh pihak luar.
Untuk menjaga kawasan perairan sungai Ciujung dan sekitarnya, kerajaan mengirim pasukan untuk mengawasi, menjaga dan mengelola kawasan perairan dan sekitarnya yang berada di Gunung Kendeng.
Dari sinilah dianggap cikal bakal dari suku Baduy. Para pasukan kerajaan yang mendapat perintah menjaga perairan, akhirnya menetap dan berkembang dan membentuk menjadi sekelompok masyarakat Baduy.
Tapi ada beberapa teori lain tentang asal usul suku Baduy. Teori lain ini mengatakan bahwa sejarah Baduy dumulai ketika Raden Kian Santang Putra Prabu Siliwangi pulang dari Saudi Arabia.
Ketika kembali Raden Kian Santang telah memeluk Islam sebagai agamanya (di Islamkan oleh Khalifah Sayyidina Ali). Rupanya Raden Kian Santang menginginkan Prabu Siliwangi (ayah Raden Kian Santang) untuk memeluk agama Islam beserta para pengikutnya.
Tapi Prabu Siliwangi menolak keinginan putranya. Entah apa yang terjadi Prabu Siliwangi lari (keluar) dari kerajaan dan sampai didaerah lebak. Dsinilah Prabu Siliwangi bersembunyi dan menetap.
Untuk menghindari pengejaran pada dirinya terus berlanjut, Prabu Siliwangi mengganti namanya menjadi Prabu Kencana Wungu. Di Baduy dalam yang dikenal sekaranglah, Prabu Siliwangi dan sisa dari pengikut yang masih setia menetap dan tinggal.
Hingga akhirnya Prabu Siliwangi (Prabu Kencana Wungu) meninggal dunia di Cikeusik Baduy Dalam, Desa Kanekes sekarang.
Kalau dikatakan Suku Baduy suka berpindah-pindah, karena dahulu Suku Baduy menggantungkan hidupnya pada sumber alam yang ada disekitar.
Ketika sumber alam tersebut mulai habis, maka Suku Baduy akan berpindah mencari tempat yang memiliki sumber alam yang bisa menghidupi mereka. Khususnya sumber alam untuk kebutuhan pangan mereka.
Agama Suku Baduy sendiri berdasarkan kepada Kepercayaan, atau yang disebut dengan ajaran Sunda Wiwitan. Ajaran ini merupakan turun menurun dari leluhur suku Baduy.
Agama Sunda Wiwitan bagi suku Baduy berakar pada penghormatan kepada arwah leluhur dan pemujaan kepada roh yang menguasai kekuatan alam (Animisme).
Tapi dengan perkembangan zaman, ajaran Sunda Wiwitan sudah sedikit dipengaruhi oleh ajaran agama lain, seperti Hindu, Budha dan Islam.
Sejarah Suku Baduy
Dari sejarah berupa prasasti, peninggalan catatan dari para pelaut Tiongkok dan Portugis, serta beberapa cerita rakyat mengenai "Tatar Sunda" yang terkenal ceritanya tapi minim keberadaannya.Asal suku Baduy ini tidak bisa dilepas dari kerajaan Sunda sebelum abad ke-16, Padjajaran. Sungai Ciujung yang merupakan kekuasaan dari kerajaan Sunda, pada masanya merupakan jalur perairan yang sangat ramai.
Perairan banyak digunakan untuk mengangkut berbagai sumber alam (bumi) dari wilayah pedalaman kerajaan Sunda untuk diperdagangkan kepada para pendatang dari luar.
Karena pentingnya perairan ini, penguasa Kerajaan pada waktu itu Pangeran Pucuk Umum. Memberi perintah agar perairan dan kawasan sekitarnya untuk dijaga. Jangan sampai dikuasai oleh pihak luar.
Untuk menjaga kawasan perairan sungai Ciujung dan sekitarnya, kerajaan mengirim pasukan untuk mengawasi, menjaga dan mengelola kawasan perairan dan sekitarnya yang berada di Gunung Kendeng.
Dari sinilah dianggap cikal bakal dari suku Baduy. Para pasukan kerajaan yang mendapat perintah menjaga perairan, akhirnya menetap dan berkembang dan membentuk menjadi sekelompok masyarakat Baduy.
Tapi ada beberapa teori lain tentang asal usul suku Baduy. Teori lain ini mengatakan bahwa sejarah Baduy dumulai ketika Raden Kian Santang Putra Prabu Siliwangi pulang dari Saudi Arabia.
Ketika kembali Raden Kian Santang telah memeluk Islam sebagai agamanya (di Islamkan oleh Khalifah Sayyidina Ali). Rupanya Raden Kian Santang menginginkan Prabu Siliwangi (ayah Raden Kian Santang) untuk memeluk agama Islam beserta para pengikutnya.
Tapi Prabu Siliwangi menolak keinginan putranya. Entah apa yang terjadi Prabu Siliwangi lari (keluar) dari kerajaan dan sampai didaerah lebak. Dsinilah Prabu Siliwangi bersembunyi dan menetap.
Untuk menghindari pengejaran pada dirinya terus berlanjut, Prabu Siliwangi mengganti namanya menjadi Prabu Kencana Wungu. Di Baduy dalam yang dikenal sekaranglah, Prabu Siliwangi dan sisa dari pengikut yang masih setia menetap dan tinggal.
Hingga akhirnya Prabu Siliwangi (Prabu Kencana Wungu) meninggal dunia di Cikeusik Baduy Dalam, Desa Kanekes sekarang.
Mengapa Suku badui Hidupnya Berpindah-pindah
Kalau dilihat sekarang Suku Baduy sekarang sudah mulai mengerti bercicocok tanam dan mulai hidup menetap.Kalau dikatakan Suku Baduy suka berpindah-pindah, karena dahulu Suku Baduy menggantungkan hidupnya pada sumber alam yang ada disekitar.
Ketika sumber alam tersebut mulai habis, maka Suku Baduy akan berpindah mencari tempat yang memiliki sumber alam yang bisa menghidupi mereka. Khususnya sumber alam untuk kebutuhan pangan mereka.
Posting Komentar untuk "Cerita Suku Baduy dan Ciri Khasnya | Korban Pemerkosaan"