Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bertani Sayur Mayur Organik di Lahan Pasir


 

Jika melihat hijaunya tumbuhan terkadang membuat pikiran kita terbawa oleh ketenangan. Seakan-akan melepas beban penatnya kehidupan yang mengikat kita setiap saat. Untuk sesaat terkadang kita lupa akan masalah yang kita hadapi ketika melihat hijaunya dedaunan.
Di suatu desa, ada seorang petani yang kehidupannya sangat sederhana mencoba peruntungan dengan menanam sayuran organik di lahan pasir. Mengapa bisa dikatakan lahan pasir, karena kalau saya perhatikan memang bisa dikatakan lahan yang menjadi bercocok tanam 100% pasir total. Sampai-sampai dengan tangan saya, mencoba mengorek tanah tersebut untuk membuktikannya. Karena penasaran saya mencoba bertanya kepada petani.

Saya : "Pak, apakah jika digali kedalam tanah ini tetap pasir...semua"
Petani : " Ya...
Saya : "Jika digali lebih dalam...Pak"
Petani : "Tetap pasir....!!!"
Saya : "5 meter pun digali..."
Petani : "Jangankan 5 meter mas....10 meter pun tetap pasir".
Dengan mengangguk-angguk saya meng iyakan jawaban petani tersebut.

Akhirnya saya mencoba mencari tahu informasi tentang kawasan atau daerah yang menjadi tempat tinggal petani tersebut. Saya HP...browsing....Sreetttt....terbukalah informasi mengenai kawasan tersebut. Rupanya memang untuk daratan tempat tinggal desa tersebut bekontur tanah pasir. Beda halnya lahan yang menjadi persawahan, kontur tanah masih bercampur dengan lumpur. Daerah tersebut berada di Desa Naga Kisar Kota Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.




Beragam sayuran yang ditanam petani ini. Ada kangkung, sawi dan bayam. Memang kategori tumbuhan ini mudah ditanam dan memiliki umur panen yang pendek sekita 2 mingguan. Ketika saya asyik berbicara dengan Pak Petani, anak petani tersebut mencabut beberapa sayur bayam. Katanya untuk campuran masak indomie. Hal tersebut saya anggap biasa karena semua orang pasti pernah memasak indomie dengan campuran sayur bayam. Hal yang saya anggap tak biasa, anak petani tersebut mengunyah beberapa lembar daun muda sayur bayam dimulutnya. Saya sedikit menegur, tapi petani hanya tersenyum sambil berkata "Tak apa mas, sayuran ini sayuran organik". 
Wow...sayuran organik. Sayapun bertanya kepada petani maksud dari sayuran organik ini. Dengan jawaban sederhana petani berkata sayuran ini tidak sama sekali menggunakan pupuk kimia maupun racun kimia. "Sayuran sehat mas....bisa langsung makan tanpa takut keracunan". Kata petani ini.
Tak berselang waktu sang anak datang sambil membawa 2 piring indomie...rupanya hidangan untuk kami berdua. Tanpa basa basi saya langsung menyantap indomie tersebut. Ada yang lain saya rasakan ketika saya menyantap daun bayam yang ada dicampuran indomie ini.  Sayur bayam sedikit manis dan renyah. Apakah ini karena sayuran organik...yang ada dibenak saya.
Setelah selesai makan kami berbincang lagi sambil memandang hijauan sayuran organik yang ada dihadapan. Lalu saya sedikit bertanya kembali kepada petani.

Saya : "Pak....kenapa tidak menggunakan pupuk kimia yang mungkin bisa lebih bagus lagi pertumbuhan sayuran ini”.
Petani : "Memang mas...kalau pakai pupuk kimia lebih bagus".
Tapi jika pakai pupuk kimia rasanya beda mas....mana pupuk kimia harganya mahal”.
Saya : "Kan ada pupuk subsidi, pak”.
Petani sambil tersenyum berkata lirih.
Petani : "Iya sih mas...tapi jika kita menanam pakai pupuk kimia, awal pertama menanam pertumbuhan sayur ini cukup bagus. Setelah itu...untuk tanam berikutnya...tanam 3,4,5 dan seterusnya pertumbuhan tanaman sayuran ini kurang bagus...mas". Ya...pakai pupuk organik tak masalah...mas, bisa menghemat pengeluaran biaya tanam...sehat lagi”.
Saya : "Yang dipakai pupuk organik apa, pak”.
Petani : "Taik lembu..."
Saya : "Kotoran lembu maksudnya, pak".
Petani : "Ya....!!!!".
Sayapun meng-anggukan kepala untuk memahami maksud dari ucapan petani ini. Saya pun bertanya kembali ke petani ini.

Saya : "Racun pakai apa...pak". Tanya saya.
Petani : "Cukup pakai bawang putih aja mas...."
Saya : "Bawang putih???".
Petani : "Ya bawang putih..!!!!"
Saya : "Caranya ...pak".
Petani : "Tumbuk halus...campur air sedikit....peras ...saring...udah selesai...tinggal semprotkan aja ke tanaman sayur”.
Saya : "Simple ya pak".
Petani : "Ya gitulah...mas". Lumayan untuk tambahan uang dapur...bisa dimakan sendiri....sehat...yang penting hemat.
Saya : "Kotoran lembunya dari mana, pak".
Petani : "Tinggal minta sama tetangga".
Saya : "Minta...gak beli".
Petani : "Awalnya sih saya mau beli...tapi sama yang punya suruh ambil saja...gak usah beli".




Wah....dalam benak saya cocok bertanam yang sungguh-sungguh super hemat.
Karena hari mulai panas...dan saya lihat petani sudah kelihatan lelah. Akhirnya sayapun permisi untuk pergi. Memberi kesempatan sang petani super hemat untuk beristirahat.
Alangkah tenangnya kehidupan desa, jauh dari hiruk pikuk keramaian. Tidak seperti tinggal dikota...setiap mata memandang yang terlihat tembok rumah tetangga semua. Malah sama tetangga sebelahpun susah untuk ketemu. Ketemupun ketika selisih jalan saja.
Dari intisari cerita yang saya coba ungkapan. Memang sih...kita tidak bisa menghindar dengan namanya unsur kimia. Unsur kimia pada saat ini sudah masuk kesemua bagian hidup kita. Air, makanan dan udara yang kita hirup pun sudah mengandung unsur kimiawi. Tapi setidaknya kita berusaha mengurangi makanan yang mengandung kimia untuk masuk kedalam tubuh kita ini. Tidak selalu...semuanya yang kita makan, minum dan hirup harus mengandung unsur kimia.
Marilah kita berusaha untuk hidup sehat dengan mendukung...Go Organik di Indonesia agar bisa terus berkembang.

Posting Komentar untuk "Bertani Sayur Mayur Organik di Lahan Pasir"